Rayakan Satu Abad, GMIT Koinonia Kupang Gelar Aksi Kasih untuk Masyarakat

0
69

Kupang, JNN.co.id – Dalam semangat pelayanan dan kasih yang tak lekang oleh waktu, GMIT Koinonia Kupang menyambut usia satu abad pelayanannya dengan gebrakan sosial yang menginspirasi.

Mulai dari donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis, hingga lomba seni dan budaya, gereja ini menunjukkan bahwa kasih sejati bukan hanya lewat kata, tapi juga lewat aksi nyata.

Ketua Panitia 100 Tahun GMIT Koinonia Kupang, Chris Lake, mengungkapkan bahwa perayaan ini bukan sekadar seremoni. “Kami ingin menunjukkan bahwa gereja hadir bukan hanya di dalam tembok gedung ibadah, tapi benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat,” ujarnya, Jumat (30/5/25), di pelataran Gereja GMIT Koinonia Kupang.

Salah satu kegiatan unik yang menarik perhatian adalah Fashion Show Lansia, di mana sejumlah warga lanjut usia tampil percaya diri di atas panggung.

“Ini bukan soal penampilan, tapi bagaimana mereka memuliakan Tuhan dengan sukacita dan keberanian,” Ungkap Chris.

Tak hanya itu, program Koinonia Bersaksi juga digelar, sebagai bentuk kesaksian jemaat atas perjalanan iman dan berkat Tuhan yang setia menyertai gereja selama 100 tahun.

Jemaat juga diberikan fasilitas pemasangan meteran listrik gratis, terutama bagi keluarga yang tinggal di wilayah pelayanan GMIT Koinonia Kupang.

Kegiatan sosial ini juga menghadirkan pelayanan kesehatan gratis, termasuk pemeriksaan umum dan donor darah yang diikuti oleh ratusan warga.

“Sekitar 400 peserta hadir. Ini bukti bahwa gereja bisa menjadi tempat yang sehat secara rohani maupun jasmani,” kata Chris.

Tak hanya jemaat lokal, kegiatan ini juga diikuti oleh gereja-gereja tetangga, seperti GMIT Rehoboth Bakunase, Alfa Omega Labat, Syaloom Airnona, Anugerah Eltari, GMIT Hosana Batupahat, hingga GMIT Silo Naikoten.

Semua bergandengan tangan merayakan persekutuan dan persaudaraan dalam Kristus.

Chris juga menegaskan, panitia tak ingin hanya berhenti pada acara seremonial. Ke depan, program Gembala Mencari Domba akan dijalankan untuk menyentuh langsung jemaat-jemaat yang secara ekonomi, pendidikan, dan sosial masih terpinggirkan.

“Kami ingin menjadi gereja yang hadir dan berdampak. Bukan hanya bagi yang duduk di bangku gereja, tapi juga mereka yang selama ini tak tersentuh oleh pelayanan, bahkan oleh pemerintah sekalipun,” tegasnya.

Chris menutup dengan harapan besar: “Kami ingin fondasi 100 tahun ini menjadi titik tolak. Tidak hanya program panitia, tapi sinergi gereja dan pemerintah, termasuk dalam mengatasi stunting, kemiskinan, dan berbagai tantangan sosial yang masih dihadapi.”

Dengan semangat melayani, GMIT Koinonia Kupang telah membuktikan bahwa gereja yang kuat bukan yang besar gedungnya, tetapi yang besar pelayanannya bagi sesama. (Jim)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here