NTT, JNN.co.id – Ketua PWI NTT, Ferry Jahang mendukung upaya Dewan Pers mempersatukan PWI yang dalam beberapa bulan ini terjadi dualisme kepemimpinan antara Hendri Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang.
Ferry berharap upaya ini akan membuahkan hasil yang positif dan kedua belah pihak untuk segera mengkonkritkan butir-butir kesepakatan sebelum pelaksanaan “Kongres Persatuan”.
Dengan demikian PWI yang merupakan organisasi wartawan terbesar di Indonesia ini akan kembali guyup dalam perjalanan ke depan.
“Kita tunggu saja seperti apa kesepakatan kedua belah pihak. Saya berharap kedua pihak harus melihat ke depan dan kemajuan PWI,” ujar Ferry, Minggu (18/5).
Sebelumnya diberitakan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sepakat mengakhiri konflik internal terkait kepemimpinan pada organisasi melalui kongres persatuan pada Agustus 2025.
Kesepakatan dicapai melalui negosiasi maraton antara Ketua Umum PWI hasil Kongres Bandung, Hendry Ch Bangun, dan Ketua Umum PWI hasil Kongres Luar Biasa, Zulmansyah Sekedang, yang digelar di Jakarta, Jumat (16/5/2025) malam.
“Kedua pihak yang berkonflik menyepakati masalah yang berlarut di PWI akan diselesaikan melalui Kongres Persatuan yang akan digelar di Jakarta paling telat 30 Agustus 2025,” ujar Anggota Dewan Pers Dahlan Dahi yang memediasi kesepakatan.
Hendry Ch Bangun mengatakan, seluruh anggota PWI harus melihat ke depan dengan semangat persatuan.
“Ini semua untuk mengembalikan PWI yang sempat tertahan program kerjanya akibat perpecahan selama setahun,” kata Hendry Ch Bangun.
PWI memiliki anggota 30.000 orang yang tersebar di 39 provinsi. Anggota bersertifikat sekitar 20.000, yang ingin terus berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Zulmansyah juga berpandangan yang sama.
Menurut Zulmansyah Sekedang, penting untuk PWI bersatu kembali.
“Ini hasil yang luar biasa. Sejarah untuk PWI. Semoga PWI kembali guyub dan bersatu sesuai namanya Persatuan Wartawan Indonesia, baik di PWI pusat maupun di daerah,” kata Zulmansyah Sekedang.
Hendry dan Zulmansyah Sekedang menuangkan poin-poin kesepakatan dalam dokumen bermaterai yang diberi nama “Kesepakatan Jakarta.”
Sebelum Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang bertemu langsung, diskusi mengenai poin-poin krusial sudah dilakukan melalui telepon.
Naskah satu halaman berisi “Kesepakatan Jakarta” akhirnya ditandatangani pada Jumat tengah malam, diwarnai jabat tangan dan tawa lepas.
Dokumen dikopi tiga rangkap, di atas kertas meterai, diteken oleh Hendry Ch Bangun, Zulmansyah Sekedang, serta Dahlan Dahi.
Dokumen Kesepakatan Jakarta dilandasi semangat ketulusan, keikhlasan, dan tanggung jawab sebagai anggota PWI, masyarakat, bangsa, dan negara.(Edy)